Hari ini, ujicoba hasil scan
sidik jari di cetak. Hmm.. ramai juga tanggapan kawan-kawan yang menerima
hasilnya. Membingungkan, yah mungkin baru kali ini kami memakai absen sidik
jari ini. Bagus memang, tujuan utamanya menertibkan seluruh pegawai yang ada
dilingkungan tempat kami kerja.
Hanya saja, tergelitik di dalam
lubuk hati, ada beberapa hal yang mengganjal dalam hati ini terkait dengan
sidik jari ini :
- Bagaimana status mereka yang rumahnya dekat dengan tempat kerja ? tentunya ini adalah keuntungan tersendiri bagi mereka yang dekat dengan rumah, yaitu datang dan scan lebih awal, kemudain bisa berleha-leha, santai di rumah seenaknya datang ke tempat kerja ? dan bagaimana dengan rumah mereka yang jauh ?(Kenyataan)
- Bagaimana seandainya ada kegiatan di luar seperti MGMP, tugas luar, pertemuan dan lain sebagainya, tentunya yang bersangkutan akan mengalami kesulitan harus bolak-balik ke tempat kerja. Jika dibandingkan dengan mereka yang tempat kerjanya di perkotaan, tentunya kembali ke tempat kerja adalah hal yang mudah. Tentunya, seharusnya ada kebijakan yang harus menyikapi ini
- Poin ini yang saya rasa tidak ada hubungannya antara penertiban pegawai menggunakan sidik jari, bagaimana dengan tenaga honor ? dengan gaji hanya sekedarnya, masa mereka harus datang dari pukul 7.30 sampai 14.30 seperti pegawai lainnya ? bagus memang, tapi jika dibayar sesuai dengan kehadiran mereka. Lha ini ? mereka yang rajin toh tetap sama di bayar dengan mereka yang jarang hadir (datang hanya pada saat jam mengajar), tentunya kembali, perlu ada kebijakan yang harus diambil untuk menyikapi ini.
Kebijakan ini memang mendapatkan
pro dan kontra dari berbagai kalangan. Tapi pro kontra ini bisa diminimalisir
jika seandainya, ini seandainya aja lho, dan hanya suatu option,, haha..
seandainya dirapatkan dalam suatu forum agar semua pendapat tertampung dan
tidak ada omongan dibelakang. Misalnya,
tentu ada kebijakan jika pegawainya seorang wanita, yang sedang mengampu anak,
tidak bisa disamaratakan dengan kaum laki-laki yang notabene tidak begitu sibuk
seperti kaum wanita (curhat salah satu kawan).
Kemudian, enak saja di rumah
tidak ada hal-hal yang dikerjakan, setelah bangun tidur mandi makan lalu
berangkat kerja, tidak terpikirkah bagi mereka yang suami istri sama-sama sibuk
bekerja, kemudian memiliki anak yang masih kecil, dan lainnya. Yaa mungkin, belum
pernah merasakan sibuknya seorang suami istri yang bekerja dan memilkik anak
kecil, terlebih jika anak tersebut sedang sakit. Tapi mudah-mudahan saja tidak
terjadi kepada mereka yang memang memiliki atau mengimpu anak kecil (kayak saya
pribadi, hehe...)
Pada akhirnya, intinya semuanya
adalah tentang kebijakan dalam sebuah
instansi atau unit kerja, tidak ada maksud untuk mengurangi atau bukan tidak
ingin ikut mendukung, tapi sekali lagi, tidak ada salahnya dalam kebijakan ini
perlu musyawarah dengan pelaku kerja. Karena kebijkan ini dirasa perlu diambil
untuk menyikapi tempat kerja yang cukup sulit ditempuh, dan berada tidak di
perkotaan, sedangkan hampir seluruh pegawainya rata-rata berasal dari
perkotaan...
Dibaca untuk diketahui, ditulis
untuk diingat dan dikenang, bahwa masa lalu merupakan pembelajaran pada masa
kini untuk menghadapi masa yang akan datang.
0 comments:
Post a Comment
Kepada Pengunjung jangan lupa komentarnya yah ...
Semoga bermanfaat dan terima kasih telah berkunjung di blog sederhana ini.. :)